Alasan Budaya Jawa Unik Memiliki Karakteristik Tersendiri
Alasan Budaya Jawa Unik - Adakalanya pertemuan antara budaya lokal dengan ajaran agama terlihat tidak sejalan dengan kaidah ajaran agama. Tetapi pengalaman sejarah yang panjang dalam hal integrasi budaya lokal dengan unsur budaya pen-datang mampu menyajikan sebuah kekayaan budaya bangsa bahkan sebagai alat pemersatu bangsa, sebab budaya merupakan hasil karya manusia,sehingga manusia sendirilah yang dapat menerima, menolak atau mengubah budaya tersebut. Salah satu bentuk integrasi budaya lokal dengan budaya pendatang adalah diadakannya upacara siraman ketika akan melakukan pernikahan.
Upacara siraman yang di dalamnya memuat nilai-nilai filosofis dan nilai agama (religi), terlepas dari persoalan pro dan kontra, syirik atau tidak syirik, inilah sebuah kenyataan bahwa budaya siraman ini ada di masyarakat Jawa dan dijalankan oleh masyarakat Jawa. Dalam rangka mengungkap makna simbolis yang terdapat dalam upacara
siraman yang penuh dengan simbol-simbol dan butuh pemaknaan ini, maka sebuah penelitian tentang upacara siraman penting dilakukan agar masyarakat yang melakukan upacara ini paham akan apa yang dilakukan.
Masyarakat Jawa atau yang sering disebut dengan orang Jawa memang memiliki budaya yang unik, budaya yang berbeda dengan budaya dari etnis yang lain.
Alasan Budaya Jawa Unik No 1
1. Othak-athik Mathuk
Tidak sedikit tentunya yang menyudutkan budaya Jawa dengan adanya budaya othak-athik mathuk
ini. Dikatakan bahwa masyarakat Jawa terlalu mengada-ada, senangnya “othak-athik mathuk, othak-athik gathik, othak-athik gathuk, tidak pernah berpikir kritis dan rasional, hanya
mengandalkan rasa saja dan tidak logis. Padahal jika dirunut, jarang disadari bahwa “semua
hal” (bahkan ilmu sekalipun) lahir atas OAM (othak athik mathuk) ini. Sedikit sekali yang mengakui bahwa munculnya teori sekaliber Archimides, Thomas Edison, Boyle dan yang lainnya sebenarnya berakar dari tradsisi OAM ini. Kita ingat ketika Thomas Edison menemukan “listrik”. Ia
melihat eksperimentasi ayam yang sedang mengerami telurnya. Setelah 21 telur itu menjadi panas,
untuk kemudian keluarlah anak ayam. Ia buru-buru menuliskan eksperimen-
tasinya tersebut, bahwa panas ada kaitannya dengan listrik. Yang sekarang ini tradisi tersebut digunakan oleh pengusaha telur dan petani ayam potong.
Belum lagi ketika Archimides menemukan “berat jenis” benda. Ia ketika itu bermain-main di air, mengangkat sebuah batu beberapa kali, ternyata terasa ringan dibanding batu itu jika diangkat di daratan. Kemudian Archimides pulang dan merumuskan temuannya. Jelas ini merupakan embrio
AOM menjadi terbentuknya janin keilmuan. Dalam filsafat Jawa tradisi OAM juga terdapat dalam tulisan Ha-na-ca-ra-ka:
Ha-na itu nyata ada, mengisyaratkan ilmu kasunyatan.
Ca-ra-ka, me-ngandung aksara yang menyiratkan kata cipta, rasa dan karsa, yakni salah
satu unsur kelengkapan hidup manusia.
Da-ta-sa-wa-la: mengiaskan zat yang tidak pernah dapat salah, yaitu Tuhan.
Pa-dha-ja-ya-nya: “sama jayanya”. Sedang
Ma-ga-ba-tha-nga: Ma menyiratkan kata sukma, dan ga menyiratkan kata angga (badan). Maksudnya jika sukma masih bersatu dengan badan, manusia itu masih hidup, tetapi jika sukma telah meninggalkan badan, manusia itu mati, tinggal ba-tha-nga yaitu
bangkainya. Sukma kembali kepada Tuhan.
Kecerdasan nalar dan rasa ternyata memberikan sumbangan penting dalam menumbuhkembangkan budaya Jawa. Akhirnya tradisi OAM semakin digemari dan dijadikan sandaran analisis kultural dalam segala hal. Orang Jawa asli maupun yang telah terkena pengaruh budaya lainpun sedikit banyak dinyatakan selalu menggunakan pisau analisa
OAM.
Alasan Budaya Jawa Unik No 2 Dan 3
Alasan Budaya Jawa Unik
2. Orang Jawa Senang Simbol
Penampilan orang Jawa penuh dengan isyarat atau sasmita.banyak hal yang terselubung,diungkapkan dalam tanda-tanda yang khas. Seperti halnya kalau ada perawan Jawa yang akan dijodohkan dengan laki-laki, perawan tersebut tidak perlu mengatakan mau atau sebaliknya menolak. Ia cukup dengan menggerakkan mimik atau gerakan tangan dan angukan saja andaikata mau. Bahkan kalau perempuan terus terang mau, dianggap kurang
tepat (pener) meskipun sebenarnya bagus (bener).
Sifat orang Jawa yang demikian itu biasanya muncul dalam usaha men-didik atau menyampaiakan gagasan-gagasan kepada orang lain tidak “terus terang’, melainkan menggunakan simbol atau lambang budaya. Kenyataan ini dipengaruhi oleh sikap hidup orang Jawa yang lebih suka mengatakan sesuatu secara tidak langsung hingga sukar diketahui seketika apa se-sungguhnya yang dimaksud atau dikehendaki. Budaya semu penuh dengan simbol. Di dalamnya banyak menampilkan ungkapan. Simbol dan ungkapan tersebut sebagai mani
festasi pikiran, kehendak dan rasa Jawa yang halus. Segala sikap dan tingkah laku ter-
bungkus dengan semu diupayakan agar mengenakkan sesame hidup. Dalam arti melalui hal-hal yang tersamar, ada yang disembunyikan tetapi tetap jelas. Karena masing-masing pihak pemakai simbol telah paham. Adapun yang belum paham diharapkan untuk mempelajari dan menyelami kedalaman simbol tersebut.
3.Prinsip Cocog ( Cocok ) atau Ngelmu Titen
Alasan Budaya Jawa Unik - Karakteristik orang Jawa yang tidak kalah penting dan menarik adalah kegemarannya memanfaatkan prinsip cocog. Cocog artinya tepat sesuai dengan keadaan. Prinsip cocok bisa dianggap buah pola pikir Jawa yang ber-dasarkan pada ilmu titen artinya ilmu yang berlandaskan pada kebiasaan yang berulang-ulang, dicatat, direnungkan dan diamalkan. Orang Jawa banyak berpegang teguh pada prinsip cocok ini sebagai arah hidupnya. Kompas hidup yang dibangun menggunakan pengalaman nyata. Pengalaman itulah yang dinamakan prinsip cocog dan sarat ngelmu titen. Buah prinsip cocok atau ilmu titen biasanya diwujudkan ke dalam bentuk primbon. Sampai sekarang ada berpuluh-puluh primbon yang dihasil-kan orang Jawa. Primbon tersebut ada yang disimpan baik-baik dan selalu dibuka ketika orang Jawa akan menjalani apa saja. Primbon tersebut menjadi “kitab kecil” yangmenjadi pedoman tingkah laku hidup orang Jawa. Dengan primbon tersebut orang Jawa membudayakan prinsip cocog dan ilmu titenbaik secara real maupun simbolik. Penerapan prinsip cocog dan ngelmu titen juga disertai laku, karenanya orang Jawa sering menjalankan nglakoni pada saat menggunakan prinsip dan ngelmu tersebut. Peristiwa nglakoni dapat berupa semedi, bertapa, mencegah hawa nafsu (puasa). Melalui laku batin orang Jawa akan mendapatkan wisik, wahyu dan pulung.
Demikian artikel
Alasan Budaya Jawa Unik ini semoga dapat bermanfaat . Terima kasih.